LEGENDA TOAKALA SANG KERA PUTIH PENASEHAT RAJA KERAJAAN KERA MARAKONDANG RI ABBO

LEGENDA TOAKALA SANG KERA PUTIH

PENASEHAT RAJA KERAJAAN KERA MARAKONDANG RI ABBO

Pada zaman dahulu kala di lereng gunung Bulu Saraung tepatnya di Abbo pusat kerajaan kera yang menguasai pegunungan dan hutan sampai ke gunung Bawakaraeng. Kerajaan kera ini diperintah oleh raja kera yang bernama Marakondang. Raja Marakondang mempunyai banyak penasehat antara lain I Toakala ri bantimurung, I Toa ri tamangura juga mempunyai panglima yang gagah berani, Sollena Bawakaraeng serta mempunyai abdi ( pesuruh ) seperti : I puto pabinting paria, suro junjunganna abbo.

Di sekitar perbukitan gunung bulu saraung, terdapat pula sebuah kerajaan yang sangat besar yakni kerajaan Pattiro, Raja Pattiro mempunyai seorang putri yang sangat cantik jelita, putri tersebut bernama I Bissu Daeng, I Bissu Daeng terkenal bukan hanya cantik tapi juga peramah dan baik hati, namanya  tersohor kemana- mana . Sudah banyak anak Raja dan bangsawan melamarnya, namun belum ada yang berkenan di hati.

Tersebutlah raja marakondang di saat keheningan di tengah belantara di istananya duduk di dahan pohon Rao, tiba tiba suatu kerinduan menghenyak hatinya. Gundah tak tahu apa sebabnya, iapun memanggil suro junjunganna Abbo.

“Ampun paduka raja Marakondang, penguasa jagat raya kerajaan Abbo, apa gerangan,    maksud dan tujuan memanggil hamba”

“ Hai I Suro junjunganna Abbo” balas Marakondang, “segera hubungi paman  I Toa ri Tamangngura dan I Toakala ri Bantimurung untuk datang, karna ada yang saya mau bicarakan dengan mereka”.

“Baik paduka raja”, berangkatlah I suro junjunganna Abbo, menemui I Toa ri Tamangngura dan I Toakala ri Bantimurung.

Berselang lama muncullah I Toakala ri Bantimurung dan I Toa ri Tamangngura, “sembah kami berdua raja marakondang penguasa jagat raya kerajaan Abbo”.

“ Apa gerangan anakda memanggil kami?” Tanya I Toa ri Tamangura.

“Paman berdua” I Marakondang mengambil nafas dalam-dalam “ Pamankan tahu sekian lama aku memerintah kerajaan Abbo sampai sekarang belum ada permainsuri di kerajaan ini, jadi kupinta carikanlah daku yang bisa kujadikan permainsuri yang sepadan dengan diriku”.

Taklama menyelahlah I Toa ri Bantimurung,” Nanda Marakondang, Raja Kerajaan tetangga kita kerajaan Pattiro punya putri yang sangat cantik jelita lagi baik hati dan pemurah, namanya I Bissu Daeng”. Mendengar nama I Bissu Daeng tergetarlah hati Marakondang. Sudah lama ia mendengar nama itu, timbullah rasa rindu dendam mengembat dalam kalbunya. Rasa cinta muncul tiba-tiba.

“ Segeralah datang melamar paman.Aku sudah tidak kuat lagi menahan kerinduan” .

Bersama I Toakala ri Bantimurung dan I toa ri Tamangura datang ke Pattiro untuk melamar Putri Bissu Daeng.Namun apa yang mereka dapatkan, mereka dilempari, dicacimaki,” monyet tak tahu diri”ucap salah seorang di kerajaan Pattiro.Meraka berdua pulang dengan sedih, mereka menceritakan kejadian yang dialaminya.

Betapa marahnya I Marakondang. Dengan geram “ Kita culik Bissu Daeng” sahut Marakondang. Dikumpulkanlah Tutabbalana, para Tubarania, panglimanya serta pasukannya. Disuruhnya beberapa kera melakukan pengintaian I Bissu Daeng kapan saat turunnya mandi di kolam permandiannya. Saat I Bissu Daeng asik mandi mandi bersama dayang dayangnya saat para pengawalnya lengah I Bissu Daeng disergap oleh Sollena Bawa Karaeng yang tinggi besar APPORANGISIKA GIGINNA AKKOLAIKA KIDONGNA dengan beramai ramai I Bissu Daeng dibawa ke Abbo. Atas saran gallarang Bulo bulo maka diupayakan jalan damai. Marakondang dikawinkan dengan I Bissu Daeng. Bissu Daeng dibawa pulang dulu ke Pattiro baru diadakan pesta perkawinan. Diadakan kesepakatan waktu perkawinannya.

Barugapun didirikan dan berbentuk rumah yang berpintu satu  serta atapnya dari daun ilalang.Pada hari yang ditentukan semua tamu yang di tempatkan di atas baruga termasuk sang calon pengantin Marakondang dan panglima juga pasukannya.Saat semua sudah didalam baruga  Sallarang Bulo bulo menutupi pintu dan penguncinya dari luar lau mereka beramai ramai membakar baruga. Semua ada didalam baruga terbakar hangus kecuali I Toakala ri Bantimurung sempat lolos membawa seekor kera yang sedang bunting itupun sempat disulut pantatnya obor.

ITULAH SEBABNYA KERA MAROS BERBELANG PANTATNYA , saking sedihnya I TOAKALA, iapun masuk gua bersemedi sampai tubuhnya melesat dan melebur masuk ke dinding gua. Sampai saat ini nampak di dalam digua toakala di permandian alam Bantimurung.

Catatan :

1.       Naskah Legenda ini sudah dapat pengakuan HAK CIPTA

Atas Nama          : HM.SALEH KARPA dari Menhumham

Nomor                  : C15201200001

Tanggal                 : 27 Maret 2012

2.       Bantimurung berasala dari kata bahasa daerah setempat ( Idiolek) Bunting Morrong artinya pengantin duduk. Ini ada bukti di atas air terjun kedua ada dua batu menonjol di pelataran atas gua ( sebagai tempat pemujaan agama Budha/Hindu )

3.       Toakala Berarti  : a. Yang dituakan di hutan

  b.  Yang punya akal ( Pintar )

4.       Tutabbala artinya orang banyak ( kaum )

5.       Bissu adalah gelar pemuka agama Budha/Hindu dimana Bissu Daeng bersumpah tak akan kawin dan memilih jadi Biksuni

6.       Penyusun melakukan penelitian lebih 4 tahun. Ke tempat Abbo, Pattiro, Bulo bulo, Balocci, Panaikang, Kec Bantimurung, Bengo, juga melalui narasumber yang banyak serta bahasa daerah setempat.

7.       Naskah ini berbentuk puisidalam huruf lontara dengan susunan 8-8-5-8 untuk mempermudah siswa membaca yang hakekatnya prosa ( sinrilik )atas sesuai pendapat Drs. Jiron Basang dan sudah terdaftar di YKSS dan diakui oleh Prof. Fahruhddin Ambo Enre tahun 2002

Amirah Salsabilah Dwi Zahra Karpa